Friday 29 April 2016

Short Story about The Naughty Lamb

The Naughty Lamb
Once upon a time, there was a huge forest with many tresses of all kinds. In that forest lives a mother goat and her little lamb. They were happily living in the forest. The lamb was very naughty. The mother goat found it difficult to manager her child, The Naughty Lamb.
The naughtiness of the lamb found no limits. This was the problem of the mother goat. The mother goat felt worried. Their home was near the edge of the forest. In that location, there were many wolves in that forest. 
One day, The Naughty Lamb wandered into the forest. He enjoyed looking at the tall trees and lovely flowers. He suddenly realized that he lost his way. “Oh! My god! I have come far away from home. Mother will be angry with me,” he thought. 
Out of little lamb’s sight, there was a wolf who was watching from behind a tree. “Yummy! That lamb is exactly what I want for my lunch today,” he thought, licking his lips in anticipation. 
The wolf jumped in front of the lamb and, barring his sharp teeth, said, “A little fellow like you should not be getting into this dangerous forest. I am here going to eat you for my lunch today.” 
The little tender lamb was terrified. He stood still for a moment, without knowing what to do. Then, he gained her courage, returned and ran as fast as he could. The wolf followed closely. The little lamb ran at her maximum speed, for a long time. The wolf followed. 
Meanwhile, the mother goat not finding her child the little lamb at home was worried. “I hope he has not gone into the forest. I must go and look for him,” she thought. 
Just as she was about to get into the dense forest, she saw the little lamb coming out of the dangerous forest. He was panting and there was a wolf chasing behind the little lamb. The mother goat using her long horns chased the cunning wolf away into the forest. 
The mother goat ran behind the wolf for some distance into the forest and became assured that the wolf would not come again into the nearby areas of their home. After the mother goat came back to their home, it saw that the little lamb was shivering in fear. Mother goat took him inside their home and when he calmed the little one, said, “Now, I hope you have learnt a lesson that the forest is not the place for goats like us.” The little lamb just nodded. The little goat never went to the forest. After this incident, both the mother and her child goat lived happily for a long time. 

Assessing Writing/Penilaian dalam Menulis


Assessing Writing/Penilaian dalam Menulis

            Beberapa abad lalu, menulis adalah sebuah kepandaian khusus dalam dunia pendidikan dan keagamaan. Transaksi bisnis, catatan-catatan, surat resmi, kontrak politik dan militer, semua ada dalam bentuk tertulis. Namun, saat ini menulis tidak lagi menjadi kepandaian khusus bagi golongan tertentu, kepandaian ini sudah menjadi syarat dalam suksesnya seseorang dalam bekerja. Kita menyadari bahwa keunikan menulis ada karena aspek-aspeknya sendiri dan kita memahami bagaimana sulitnya belajar menulis dengan benar baik dalam bahasa ibu maupun bahasa lain.
            Oleh karena itu, memberikan penilaian terhadap kemampuan menulis siswa bukanlah tugas yang mudah dan kita harus membuat tujuan dan kriteria yang jelas. Apa yang ingin kita nilai, kemampuan menulis siswa, pengejaan yang benar, struktur kata atau kalimat yang benar, susunan dalam paragraf, pengembangan topik, dan sebagainya. Semua ini harus jelas dan akan diuji menggunakan beberapa bentuk tugas yang akan dibahas dalam chapter ini.
Jenis-jenis tulisan
Tulisan bisa dikategorikan menjadi beberapa jenis:
1.      Tulisan akademik, diantaranya; makalah dan laporan umum, essai, karangan, jurnal akademik, jawaban-jawaban pendek dari tes, laporan yang bersifat teknis, tesis, dan disertasi.
2.      Tulisan yang berkaitan dengan pekerjaan, diantaranya; pesan hp, surat atau email, catatan-catatan kecil, laporan-laporan (seperti evaluasi kerja, laporan proyek) jadwal kegiatan, iklan, pengumuman, dan buku pedoman.
3.      Tulisan pribadi, diantaranya; surat, email, kartu ucapan, undangan, pesan, catatan kecil, daftar belanja, dokumen keuangan (seperti cek, surat peminjaman, surat pajak) surat-surat, pertanyaan-pertanyaan, laporan kesehatan, surat perpindahan, catatan harian, dan tulisan fiksi.

Bentuk-bentuk menulis
1.      Imitatif. Siswa mendapatkan pengetahuan dasar dalam menulis,tugas dasar dalam menulis huruf, kata, tanda baca, dan kalimat singkat. Siswa  merasakan kecocokan antara bunyi bahasa dengan tanda yang tertulis dalam sistem bahasa inggris. Hasil tulisan menjadi hal pertama yang dinilai, dan makna dan konteks menjadi penilaian kedua.
2.      Intensif (terkontrol). Dalam sebuah konteks kalimat, siswa membuat kosa kata, pribahasa, dan fitur-fitur grammar yang sesuai di dalamnya. Makna dan konteks menjadi penentu yang sangat penting dalam penilaian, namun beberapa orang masih focus pada penilaian bentuk tulisan yang terkontrol karena tes desain.
3.      Responsif. Siswa dimintak untuk menghubungkan sebuah kalimat dengan sebuah paragraph dan membuat urutan kejadian dari dua atau tiga paragraph. Teks yang dipakai biasanya berbentuk laporan, cerita, ringkasan, deskripsi, dan penjelasan dari sebuah grafik atau diagram. Siswa telah memahami tata bahasa dengan baik dan lebih berfokus pada ketepatan bahasa sesuai dengan kebiasaannya. Penilaiannya lebih fokus pada pada makna dan konteks dari tulisan.
4.      Ekstensif. Siswa telah memahami unsur-unsur tulisan dengan baik, dan mereka lebih fokus pada tujuan tulisan dan mengembangkan ide-ide menjadi penjelasan yang masuk akal.

Kemampuan mikro dan makro dalam menulis
Kemampuan mikro:
a.       Membuat tanda/simbol dan bentuk ejaan dalam bahasa Inggris
b.       Menulis dengan kecepatan yang sesuai dengan tujuan menulis
c.       Membuat kepala kata dan memakai urutan kata yang benar.
d.       Menggunakan sistem grammar yang benar
e.       Menyampaikan makna-makna tertentu dengan menggunakan kalimat yang berbeda-beda.
f.        Menggunakan kata-kata yang membuat tulisan saling berhubungan

Kemampuan makro:
g.       Mengggunakan kata-kata retorikal dan sesuai kebiasan dalam tulisan
h.      Mencapai fungsi komunikasi dalam bahasa tertulisberdasarkan bentuk (hasil) tulisan dan tujuan penulisan
i.         Menghubungkan antara peristiwa dengan komunikasi seperti hubungan antara topik, pendukung topik, informasi baru, dan sebagaianya.
j.         Membedakan antara makna tersurat dengan makna tersirat ketika menulis
k.       Menunjukkan rujukan budaya yang benar danlam konteks bahasa tertulis
l.         Mengembangkan dan menggunakan energi dalam strategi menulis seperti menilai pemahaman pembaca, melakukan kegiatan sebelum menulis, menulis dengan baik pada rangka tulisan pertama, dan sebagainya.

Merancang penilaian: Menulis dengan Meniru/ Menciplak
            Banyak pelajar pemula butuh sebuah pelatihan dalam meniru huruf, kata, dan kalimat. Bentuk-bentuk penilaian yang bisa dilakukan dalam tahap ini adalah
1.      Menulis (dengan tangan) dalam membuat huruf, kata, dan tanda baca.
Ketika laptop dan computer telah banyak dimiliki di setiap ruma, banyak orang mengatakan bahwa kebaikan dari menulis menggunakan tangan menjadi hilang. Dengan menggunakan tangan, seorang siswa bisa merasakan secara alami bentuk huruf yang ia buat dengan menggerakkan urat tangannya.
Bentuk tugas yang bisa diberikan yaitunya
a.       Copying/Menciplak
Ini adalah cara lama yang mana siswa di minta untuk menciplak beberapa huruf atau kata yang diberikan.
b.       Listening cloze selection task
Tugas ini bisa diberikan dengan mendiktekan beberapa kalimat pada siswa, dan siswa mengisi beberapa kalimat yang kosong sesuai dengan apa yang mereka dengar. Kata-kata yang akan diisikan bisa dipilih dalam daftar kata di bawah kalimat.

c.       Picture-cued task
Siswa diminta untuk menulis kata sesuai yang ditampilkan dalam gambar. Objek yang ditampilkan harus jelas dan nyata seperti kursi, meja, kucing, dsb.
d.       Form completion task
Berbagai bentuk gambar yang mudah seperti kertas registrasi digunakan dengan menyuruh siswa mengisi beberapa data yang dibutuhkan seperti nama, alamat, nomor hp, dsb.
e.       Converting numbers and abbreviations to words/Mengubah angka dan singkatan menjadi bentuk kata
Siswa diberikan sebuah kertas yang mana berisikan angka-angka seperti waktu, jam, tanggal, jadwal, dsb. lalu, siswa diminta mengubah angka-angka tersebut menjadi sebuah kata atau frasa. Namun, test ini tidak bisa begitu terpercaya. Mengubah singkatan menjadi bentuk kata yang sempurna diyakini lebih asli dan terpercaya.

2.    Spelling Tasks and Detecting Phoneme-Grapheme Correspondence.
a.       Spelling/Mengeja
Biasanya, guru membacakan beberapa kata yang mudah lalu diikuti oleh sebuah kalimat, dan diulangi lagi dengan memberi waktu jeda agar siswa bisa mencatat kata yang disebutkan. Penilaiannya harus benar-benar betul sesuai dengan kata apa yang disebutkan guru.
b.       Picture-cued task
Beberapa gambar diberikan yang mana berfokus pada kata-kata umum yang ejaannya tidak terduga. Kata yang difokuskan harus sesuai dengan tujuan penilaian.
c.       Multiple-choice techniques
Pada bagian ini, kata atau frasa diberikan dalam bentuk pilihan ganda yang beresiko bahwa tugas ini seperti tugas pada reading. Namun, ketika siswa lain telah mengikuti alur menulis, mereka akan merasa tertantang dengan soal-soal ini.
d.       Matching phonetic symbols
Ketika siswa telah mengerti dan memahami huruf alphabet, mereka bisa diminta untuk mencocokkan antara symbol fonetik dengan huruf aslinya.



Designing assessment task: Intensive (controlled) writing
            Penilaian ini juga dinamakan menulis/tulisan yang terkontrol, dan ada juga yang mengakatkan sebagai menulis yang berfokus pada bentuk tulisan. Pada tahap ini, siswa menunjukkan kemampuannya dalam menulis dengan mengerjakan tugas-tugas yang lebih mengarah pada bentuk seperti tata bahasa, kosa kata, dsb., tidak pada tugas yang menyampaikan makna dari tulisan itu sendiri. Tugas-tugasnya yaitu:
1.    Dictation and dicto-comp
Pendiktean juga disebut sebagai gabungan dari tugas mendengar dan menulis, namun secara jelas telah nampak bahwa kemampuan yang diuji adalah mendengar. Tugas ini bisa menjadi tugas menciplak karena siswa hanya memindahkan apa yang ia dengar ke dalam bentuk tulisan. Dengan membacakan satu atau lebih paragraf, tugas ini dinamakan sebagai penulisan yang intensif.
Tugas ini tidak lepas dari konsep dicto-camp dimana siswa akan dibacakan satu paragraf sebanyak dua atau tiga kali dengan kecepatan yang normal, lalu gurumenyuruh siswa untuk menuliskan kembali berdasarkan apa yang mereka ingat. Guru juga bisa membagikan beberapa kata petunjuk agar memudahkan siswa dalam proses penulisan kembali. Siswa harus menghayati isi dari paragraf tersebut, mengambil kata kuncinya lalu mencipatakan suatu cerita dengan kata-kata mereka sendiri.
2.    Grammatical transformation tasks
Pada tugas ini, siswa disuruh untuk melakukan perubahan dalam tata bahasa  untuk melihat kemampuan tata bahasa siswa. Beberapa kegiatannya yaitu:
-         mengubah bentuk kata kerja dalam sebuah kalimat
-         menjadikan kalimat yang panjang menjadi lebih pendek
-         mengubah pernyataan menjadi pertanyaan ya/tidak atau wh-
-         mengubah pertanyaan menjadi pernyataan
-         menggabungkan dua kalimat menjadi satu dengan menggunakan kata pengganti
-         mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung
-         mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif


3.    picture-cued task
Manfaat dari tugas ini adalah adanya pemisah hubungan antara membaca dan menulis dan menawarkan menulis untuk merangsang respon menulis. Tugasnya diantaranya:
a.       Short sentences/kalimat pendek: siswa membuat kalimat pendek untuk menggambarkan kegiatan yang sedang dilakukan pada gambar
b.       Picture description/penjelasan gambar: siswa menjelaskan gambar dengan menggunakan empat buah kata depan seperti di atas, dibawah, dalam, dsb.
c.       Picture sequence description/Penjelasan rangkaian gambar: rangkaian gambar yang terdiri dari 3 sampai 6 gambar yang melukiskan sebuah jalan cerita bisa menjadi perangsang yang bagus dalam menulis. Gambar harus jelas dan bisa memiliki petunjuk waktu yang akan mempermudah siswa dalam menulis. Walaupun tugas ini dibuat dengan terkontrol, guru masih perlu membuat level nilai dari jawaban yang sempurna benar, jawaban yang sempurna salah, dan di tengah-tengahnya.
4.    Vocabulary assessment task
Kebanyakan kosa kata dipelajari dengan membaca, dan teknik penting dalam menilai kosa kata adalah dengan (a) menjelaskan kata (b) menggunakan kata tersebut dalam kalimat. Teknik yang kedua lebih bisa dipercaya walaupun pada beberapa situasi guru tidak bisa mengetahui apakah siswa benar-benar mengetahui arti kata tersebut. Read menyarankan dua bentuk tugas dalam bagian ini, kemungkinan sanding kata dan didapatkan dari bentuk kata.
5.    Ordering tasks
Tugas ini layaknya sebuah teka-teki dimana siswa disuruh untuk membuat satu kalimat benar berdasarkan beberapa kata yang diacak. Walaupun tugas ini kurang asli, namun ini bisa menantang siswa dalam memecahkan masalah menggunakan logika dalam mengatur kata acak tersebut.
6.    Short-answer and sentence-completion tasks
Walaupun beberapa bentuk tugas dari jawaban singkat digunakan dalam menguji kemampuan membaca, ini juga bisa digunakan untuk menguji kemampuan menulis. Hubungan antara membaca dan menulis memang sulit untuk dipisahkan, oleh karena itu guru harus membuat penilaian yang jelas pada tugas ini.


Issues in assessing responsive and extensive writing
            Menulis dengan responsif menciptakan sebuah kemungkinan bagi siswa untuk menjawab pertanyaan dengan cara yang lebih kreatif sesuai dengan kerangka penilaian. Terlepas dari tugas yang terkontrol pada menulis yang intensif, siswa bisa mempraktekkan ilmu kosa katanya atau tata bahasanya dengan batasan dan kondisi tertentu. Patokan tugas sekarang mulai menimbang untuk memasukkan tuturan dan budaya retorika dalam menulis sebuah paragraf. Siswa diwajibkan memenuhi syarat dalam menulis seperti menyampaikan tujuan penulisan, mengembangkan dan menghubungkan ide-ide, dan memahami pembaca.
            Ada beberapa bentuk teks yang digunakan dalam tugas ini:
a.       Laporan singkat (sesuai dengan format dan kebiasaan)
b.       Tanggapan pada sebuah bahan bacaan
c.       Ringkasan dari sebuah cerita atau karangan
d.       Cerita atau penjelasan singkat
e.       Penafsiran dari grafik, tabel, dan diagram.
Dalam menulis yang ekstensif, siswa diberikan kebebasan dalam menentukan tema, topik, panjang tulisan, dsb., namun siswa harus mencapai standar menulis yang telah ditetapkan. Menulis secara responsif dan ekstensif adalah mata pelajaran yang telah lama didebatkan karena:
a.       Keaslian. Keaslian adalah sesuatu yang sangat diperhatikan dalam tulisan. Tugas harus bisa dipastikan bahwa tugas memiliki keabsahan yang jelas. Dalam konteks akademik, menulis dibatasi dengan kebutuhan pendidikan yang telah menetapkan standar-standar dalam penulisan. Dengan adanya kebebasan menulis, siswa diminta untuk membuat konteks menulis yang asli. Guru tidak lagi menjadi seorang pengajar, namun lebih menjadi seorang pelatih dan tanggapan positif lebih diperlukan.
b.       Penilaian. Penilaian adalah hal tersulit dalam 2 bentuk menulis yang terakhir ini. Penilaian tidak hanya melihat bagaimana siswa menggabungkan kata menjadi sebuah kalimat namun juga menilai apa yang dimaksudkan siswa dalam tulisannya. Kualitas tulisan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses penilaian. Ada beberapa pilihan yang tersedia dalam menguji tulisan yang akan mendapatkan tanggapan yang berbeda pula sesuai jenis penilaian yang digunakan.
c.       Waktu. Dalam menulis, siswa diberikan kebebasan dalam membuat tulisan dan tidak diberi batasan waktu untuk menyelesaikan tulisannya. Sebelum siswa menyelesaikan tulisannya, akan ada banyak proses yang ia lakukan untuk memperbaiki tulisannya menjadi lebih baik.
Karena susahnya menguji kemampuan menulis siswa dalam kukungan kebiasaan, yang biasanya kebanyakan prosedur penilaiannya selalu berhubungan dengan waktu, format penilaian waktu spontan atau “timed impromptu” adalah metode yang telah sah untuk digunakan dalam proses pengujian menulis. Metode ini masih menimbulkan beberapa pertanyaan yang berhubun gan keaslian, kemampuan siswa untuk menggunakannya, dsb. Oleh karena itu, Alderson dan Benerjee mengatakan bahwa ini adalah permasalahan yang tidak terpecahkan dalam proses penilaian menulis saat ini.

Designing assessment task: Responsive and extensive writing
            Pada bagian ini, disini ada 2 macam tulisan: responsif dan extensif. Ini adalah lanjutan dari kategori yang sebelumnya. Disini, latihannya akan lebih luas cakupannya seperti menulis laporan singkat, esai, ringkasan dan meringkas tulisan dari beberapa halaman.
Paraphrasing
            Pada bagian ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengeluarkan  tulisan dengan kata kata mereka sendiri, serta menghindari plagiat dan memberikan siswa beberapa pilihan dalam menggunakan ekspresi
Guided Questions and Answer
            Siswa di berikan teks, lalu diberikan pertanyaan dan siswa harus menjawab pertanyaan tersebut. Jawaban dari siswa biasanya hanya secara garis besarnya saja. Seperti judul, tempat, tokoh dan lainnya
Paragraph Construction Tasks
            Dalam penulisan paragraph, ada 3 hal yang harus diperhatikan
1.      Menulis kalimat utama. Tidak ada aturan yang mengharuskan setiap paragraph itu harus memiliki kalimat utama, tetapi alangkah bagusnya setiap paragraf harus memiliki ini, karena bisa dikatakan bahwa kalmat utama itu adalah pemimpin sebuah paragraph
2.      Pengembangan topic dalam sebuat paragraph. Karena disuatu paragraph kita bisa menghubungkan pemikiran atau ide didalamnya. Itulah mengapa si penulis harus memperhatikan ide, urutan cerita, kekompakan disetiap paragraph, serta dampak keseluruhan dari paragraph itu sendiri
3.      Pengembangan ide utama dan pendukung antar paragraph. Sebagai penulis, kita biasa merangkai dua atau lebih paragraph secara bersamaan. Serta penulis memberikan topic utama dan ide pendukung yang jelas
Strategy options
1.      Affending to task
Menulis responsive pada bagian ini, guru memberikan tugas kepada siswa serta guru harus memberikan arahan yang jelas dan si penulis harus memenuhin kriteria penilaian. Biasanya ada empat macam teks yang diberikan: compare/contra, problem/solution, pros/cons dan cause/effect. Berdasarkan teks yang dipilih, guru harus menilai sesuai dengan kriteria teks yang dipilih, guru harus meniai sesuai dengan kriteria teks itu masing-masing
2.      Attending to genre
Sebagaimana dijelaskan di atas, ada empat macam jenis teks yang bisa dipilih. Salah satu cara/strategi yang digunakan adalah memenfaatkan atau mendesak kesempatan kepada siswa untuk memperluas pemikiran mereka. Jenis tugas yang diberikan bisa berbentuk laporan, ringkasan, laporan/tanggapan bacaan, narasi, deskripsi, persuasi, penjelasan dari data statistik, grafik, atau data tabulasi, dan karya tulis pustaka.

Standardized test of responsive writing
            Latihan/ujian yang telah memiliki standar tersendiri antara lain TOEFL, MELAB IELTS dan lainnya. Biasanya test tersebut memiliki batas waktu untuk menjawabnya dan dinilai menggunakan skala yang telah ditentukan.


Scoring methods for responsive and extensive writing
1.    Holistic scoring
Pada penilaian ini, hal pertama yang dinilai adalah kualitas dari sebuah tulisan, lalu pengorganisasian kalimat serta tata bahasa, pemilihan kata dan lainnya
2.    Primary trait scoring
Pada metode ini, hal yang diperhatikan adalah ringkasan, laporan penelitian, gambaran yang menggunakan grafik serta respon sipenulis tehadap isi tersebut
3.    Analytic
Terdapat 5 hal penting yang harus menjadi patokan dalam penilaian ini
a.       Isi                          30
b.       Pengorganisasian 20
c.       Pemilihan kata     20
d.       Sintak                    25
e.       Mekanik                5

Beyond scoring : responding to extensive writing
1.    Assessing initial stages of the process of composing
Pada tahap ini, peran seorang guru adalah sebagai penunjuk dan seorang yang memfasilitasi siswa dalam menulis. Hal yang terpenting adalah penggunaan tata bahasa secara keseluruhan dan maksut yang jelas dari sebuat tulisan itu sendiri.
2.    Assessing later stages of the process of composing
Disini, yang dijadikan titik tumpuan adalah hasil akhir. Jadi, pada draf pertama, kedua dan seterusnya siswa memperlihatkan hasil tulisannya kepada guru dan siswa harus memperbaiki setiap kesalahan yang ditemukan oleh guru kedalam draf nya. Pada akhirnya, hasil yang diperoleh akan lebih bagus dan yang terpenting adalah proses yang telah dilalui


IMPROVING SENIOR HIGH SCHOOLSTUDENT’S SPEAKING SKILL USING ROLEPLAY STRATEGY

IMPROVING SENIOR HIGH SCHOOLSTUDENT’S SPEAKING SKILL USING ROLEPLAY STRATEGY


BACKGROUND


In this globalization era,the role of English becomes more important in international comunnication, because it is used in many aspects of human activities such as social, economic, political, culture, education, and others. In Indonesia, English is taughtas a foreign language. By having English the students know how to operate computer, internet, and to know many kinds of  knowledge. That is one of the reasons that English is compulsory subject which students  have to study begining from elementary school up to university English more seriously and try to be able to speak it fluently. Students need to master the speaking skill because it is one of the four language skills. There are so many factors influence the speaking skill of the students. Some factors come from the teacher, some other come from the student itself. Many teachers find the difficulties how to attract student speak English naturally. Besides, almost of students in Senior High School are shy and afraid to speak. We try to offer the role play technique in teaching speaking. By using role play technique, we hope students can join the activity learning well. Role play can result in repetition of speaking activity by providing a change.In short, role play covers a wide range of possibilities because in this technique students have to enter into many different situations. Moreover, it can help students to achieve maximum communication.

LANGUAGE ASSESSMENT Beyond Tests Alternatives in Assessment

LANGUAGE ASSESSMENT Beyond Tests  Alternatives in Assessment

A variety of alternative assessments have become popular in recent years. Alternative assessment procedures listed by Huerta-MacĂ­as (1995) include checklists, journals, logs, videotapes and audiotapes, self-evaluation, and teacher observations. We would add at least portfolios, conferences, diaries, self-assessments, and peer assessments.
you can download the complete one by click this 

Looking for Group Differences when the Same People Are Tested More than Once Using Repeated Measures ANOVA: Wug Tests and Instruction on French Gender

Looking for Group Differences when the Same People Are Tested More than Once Using Repeated Measures ANOVA: Wug Tests and Instruction on French Gender.

Repeated measures is a design which is used when the same participants are measured more than once.
Repeated-measures designs are also often found in our field when there is only one testing point in time, but you have related tests that you view as an independent variable.
Research designs which incorporate repeated measures are quite desirable, as they increase the statistical power of a test.
The more closely correlated the measures are, the higher the statistical power will be with fewer participants (Murphy & Myors, 2004). This is an important factor to consider in our field, where sample sizes are generally small.



you can download the ppt by click this